Abstraksi
Mengakhiri Tahun 2010 kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memberikan andil yang paling
besar dalam pembentukan inflasi di Kota Bandar Lampung. Sementara kelompok bahan makanan jika beberapa
bulan sebelumnya sebagai kelompok penyumbang terbesar, pada Desember 2010 yang lalu menempati peringkat
kedua. Kenaikan harga berbagai komoditi di kedua kelompok ini dan sebagian di dalam kelompok lain membentuk
inflasi di Kota Bandar Lampung sebesar 0,77 persen.
Sebanyak enam kelompok pada bulan Desember mengalami kenaikan indeks. Kelompok yang memberikan
andil yang paling dominan terjadinya inflasi adalah makanan jadi, minuman, rokok dan tembaku terutama disebabkan
oleh naiknya harga beberapa komoditi seperti martabak, roti manis dan rokok kretek. Sedangkan pada kelompok
bahan makanan komoditi yang paling dominan adalah beras, cabe merah dan telur ayam ras. Inflasi di Kota Bandar
Lampung menempati peringkat ke 42 dari 66 kota yang diamati perkembangan harganya. Sebanyak 65 kota
mengalami inflasi dan hanya satu kota yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe 2,97 persen,
sedangkan satu-satunya kota yang mengalami deflasi adalah Sorong sebesar 1,30 persen.
Berdasarkan penghitungan indeks harga konsumen (IHK) inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks pada
enam kelompok pengeluaran yaitu bahan makanan 1,16 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 1,57
persen, perumahan 0,31 persen, sandang 0,99 persen, pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,19 persen serta transpor
dan komunikasi 0,13 persen. Adapun kelompok jasa kesehatan mengalami penurunan indeks sebesar 0,44 persen.
Beberapa komoditi yang dominan memberikan andil inflasi diantaranya beras, cabe merah, martabak, roti
manis, rokok kretek, emas perhiasan, mie, telur ayam ras, cabe rawit dan jeruk. Berdasarkan tahun kalender (point to
point) maupun year on year (yoy) inflasi di Kota Bandar Lampung sebesar 9,95 persen.